Selasa, 08 April 2014

6. Diskusi Tim

                Diskusi tim dilaksanakan dengan tujuan mencari isi pesan dari naskah dan menyamakan prespektif dari masing-masing kepala sehingga mempunyai tujuan yang sama walaupun denga bentuk yang berbeda-beda namun tetap dengan penyelarasan yang dilakukan sutradara.
Pertama kami melakukan reading, yaitu membaca naskah besama-sama, proses ini diikuti oleh semua tim. Pada reading pertama kami mencari kalimat-kalimat yang kami anggap sulit untuk mempermudah pemahaman selanjutnya.
Reading kedua dilaksanakan dengan agenda memahami isi pesan dari keseluruhan dari naskah yang akan kami bawakan. Disepakati pesan yang ada dalam naskah adalah tentang Ambifalensi Seksualitas, yaitu dua sudut pandang yang berbeda tentang seksualitas yang selama ini hanya dianggap sebagai perbuatan tabu oleh masyarakat. Pesan ini disampaikan melalui penjelasan tentang Aborsi, Pekerjaan sebagai gigolo, Akademisi yang pada dasarnya sama dengan pelacur, kedudukan seks dan cinta, dll.
Pertemuan ketiga kami membahas lebih detail tentang cara pesan tersebut disampaikan, sehingga secara garis besar sudah ditemukan. Namun belum mendetail secara kausalitas (sebab-akibat).
Setiap diskusi dari tim memakan waktu yang tidak sebentar, melihat dari naskah Perbuatan Serong ini cukup sulit dan kapabilitas kami yang masih sangat terbatas. Satu kali diskusi bisa memakan maktu dari 3-4 jam. Dan itu membuat satu per satu dari tim mulai tidak hadir atau telat sehingga tidak efektif. Memang kami sadari bahwa sebagai mahasiswa kami tidak lepas dari tugas-tugas, apalagi beberapa anggota tim yang mempunyai kegiatan diluar. Sehingga nilai toleransi yang pada awalnya disepakati untuk membentuk profesionalitas mulai longgar.
Stage manager dibantu oleh Assistan Stage manager mulai merasa cemas dengan hal itu dan akhirnya membuat kesepakatan tentang konsekuensi jika datang termabat atau tidak hadir tanpa konfirmasi harus membeli makanan seharga 5 ribu rupiah untuk dimakan bersama-sama, semua nggota tim menyepakati hal itu. Dampak dari kesepakatan itu itu cukup baik, pertama jumlah keterlambatan dapat dikurangi dan ada makanan untuk diskusi sehingga tidak berjalan terlalu membosankan.
Pertemuan selanjutnya kami mencoba membahas motivasi per dialog, pada awalnya kami mengganggap hal ini mudah dan tidak terlalu rumit. Namun ternyata dalam waktu satu hari itu hanya bisa membahas tiga dialog saja dengan cukup berbelit-belit. Mas Ipunng sebagai sesepuh (pembimbing) memberi masukan untuk membahas per bagian dari adega saja, karena pembahasan per dialog merupakan hak dari sutradara dengan aktor. Dengan dilakukan pembahasan per bagian dengan tujuan setiap divisi dari tim paham secara garis besar. Akhirnya kami memutuskan untuk  melakukan pembahasan per bagian yang sudah dipetakan oleh Yudha sebagai sutradara. Pembahasan per bagian dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
Pada pertemuan selanjutnya kami melakukan pembahasan per bagian dan itu pun masih tidah cukup dilakukan satu pertemuan saja, akhirnya permabasan per bagian dilakukan selama dua kali pertemuan.
Setelah pembahasan per adegan dilakukan, Amung memberi masukan untuk melakukan mecarian sebab-akibat dari pembahasan per adegan yang sudah dilakukan untuk menemukan motivasi dan emosi yang ada dalam naskah tersebut. Akhirnya pembahasan hubungan sebab-akibat pun dilaksanakan dengan memakan waktu dua kali pertemuan.
Kemudian kami merasa masih ada hal yang kurang untuk menemukan 5W 1H dalam naskah ini. Kami belum menemukan dasar yang kuat untuk menyatakan argumen yang berhubungan dengan 5W1H. Akhirnya kami sepakat untuk mencari referensi yang pas dengan naskah ini, yaitu pertama artikel milik Anonymous Phd yang merupakan dasar dari naskah ini ditulis oleh penulisnya dan beberapa artikel tentang aborsi, status seks, dll. Diskusi dilakukan selama beberapa hari sambil membedah kausalitas yang ada dalam naskah tersebut.
Stage manager dan sutradara juga menemui lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk melakukan konseling terkait dengan naskah ini. Dan untuk lebih jelas lagi kami mengajak aktor dan beberapa tim pada pertemuan selanjutnya untuk melakukan konseling, sangat banyak hal yang didapat, terutama mengenai psikologis dari aktor dan emosi yang terkait dengan setting lampu dan musik.




Setelah tim menyatakan cukup mempunyai argumen yang kuat sebagai dasar naskah ini akan dipentaskan, kami memutuskan untuk membuat kesepakatan tentang 5W1H yang akan dipentaskan. 5W1H yang kami sepakati bersifat kuat namun masih bisa dirubah dengan catatan memiliki dasar yang kuat dan lebih mendekati nilai kebenaran dan estetika. 5W1H ini dianalogikan sebuah pondasi rumah yang akan kami bangun. Dari awal kita melakukan diskusi adalah membuat rancangan bagaimana pondasi ini akan dibangun, tentu saja harus mempunyai gambaran yang kuat dan jelas. Setelah kami yakin dengan bahan dasar dan material yang ada atau dimiliki kami berani untuk membangun pondasi tersebut, kemudian yang selanjutnya adalah membangun rumah yang kami rencanakan dengan mengumpulkan bahan-bahan yang ada dahulu. (To be continuing…)