Rabu, 15 April 2015

Bukan Aku ...

Kau yang selama ini menari-nari dalam darahku menjadi buram dan kabur, tiba-tiba menjadi tak kumengerti. Apa arti senyummu, apa makna pelukmu yang begitu erat mendekapku. Atau mengenai tatapmu yang seringkali sejurus berhenti sesaat pada tatapku. Haruskah kutanyakan pada Tuhan mengenai cinta, agar aku tak menjadi bodoh karena itu.
Pertanyaan ini seperti memburuku, kemanapun aku berlari ia seperti sedang bersembunyi di balik semak-semak dan siap mematikanku setiap saat. Sesekali aku dapat melihatnya, dan seketika aku terdiam; hening.
Semua pertanyaanku berserakan menjadi puing-puing asa yang pecah. Pada tatapan matamu yang   berpaling namun menancap perlahan-lahan. Apa yang bisa diharapkan pada sesuatu yang telah hancur? Menyatukan sisa puing-puing dengan perekat? Tidak. Biarkan ia tetap berserak, terinjak-injak lalu hilang perlahan.
Pada akhirnya semua hanya menjadi tatap yang kosong, diiringi sisa tawamu yang kutahu tidak akan bermuara pada hulu yang sama. Kemudian aku hanya diam, menatap pada suatu pola yang kumengerti betul. Aku telah terdampar pada suatu peluk yang hambar, terpaku pada tubuh yang kaku. Dan kau, saat ini tertawa riang pada bahu seorang kekasih; bukan aku.


Jumat, 03 April 2015

Behind the Scene Pentas Liburan Seniman 7 Maret 2015

Liburan Seniman Sudah Berakhir

"Liburan Seniman sudah berakhir" kata itu rasanya belum terlalu tepat menurutku. Karena memang mungkin untuk pemantasaan saat ini sudah berakhir, namun akan masih ada pementasan selanjutnya.

Dalam perjalanan pementasan ini sangat banyak rintangan yang hadir, mulai dari konflik individu hingga yang bersifat general. Aku sebagai sutradara disini merasa cukup senang walaupun belum puas dengan hasil pertamaku ini. Dalam prosesnya aku mencoba untuk belajar. Semua elemen dalam pementasan ini pada dasarnya adalah mencoba, karena sebagian besar dari mereka belum pernah menangani bidangnya dalam pementasan ini. Tujuan awal dari pentas ini adalah study pentas yang mengedapankan proses belajar. Namun dalam perjalanannya berubah menjadi pentas karena melihat semangat dan keinginan kawan secita-cita yang cukup besar. Tentu ini belum bisa dikatakan hal yang bagus untuk sebuah pentas. Tapi aku bersyukur disini proses belajar kawan-kawan dan aku sendiri sudah cukup banyak. Setelah ini kami Insyaallah akan siap untuk proses selajutnya. Proses pentas di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Bagaimana proses ke TIM? mohon doa dan dukungan dari semua pihak yang dapat membantu, semoga proses kali ini dapat berjalan dengan maksimal.\
Terimakasih dan Selamat Ngopi (read: Pagi)!

Rabu, 14 Januari 2015

Difa

Difa Oktafiana

Selasa, 13 Januari 2015

Difa

Difa Oktafiana